Kudeta Turki dan Pilihan Diksi Sebagian Media Barat

posted in: Turki | 0

Dalam mata kuliah Advanced Research and Publication Ethics, kami mempelajari Discourse Analysis. Di sini diajarkan cara menganalisis sebuah teks dengan pendekatan yang lebih komprehensif, misalnya dengan mempertimbangkan kondisi sosio-kultural yang melatari publikasinya.

                     

(Sumber: Kopernik Kitap)

Salah satu bacaan pengantar ditulis oleh dosen kami sendiri. Beliau lahir di Kastamonu, Turki. Menyelesaikan program Magister Bahasa dan Sastra Inggris, di Illonis State University, Amerika atas beasiswa Fulbright dan mengambil gelar Ph.D. di kampus yang sama bahkan mengajar di almamaternya antara  2007 – 2013  dan di University of New York, Ganeseo pada  2013 – 2014.

Dalam buku ini, secara ilmiah, beliau mengkritik media-media Barat yang menampilkan peristiwa kudeta Turki tanggal 15 Juli 2016 silam. Lebih dari 20 judul berita dikritisi. Sumbernya dari The Guardian, The Washington Post, The Wall Street Journal, USA Today, Fox News, Time, Yahoo News, CNBC, Reuters, The Huffington Post, The Sun, The New York Times, The Daily Mirror, Newsweek, Vox, Der Spiegel, dan DW.

Setidaknya ada 3 alasan mengapa buku ini menarik. Pertama, penulis bukan dari kalangan Islamis, bahkan seorang perempuan Muslimah yang tidak mengenakan jilbab. Kedua, ditulis melalui pendekatan ilmiah khususnya ilmu bahasa – mengingat yang dikritisi adalah pilihan diksi media-media Barat. Ketiga, penulis merupakan alumni kampus negeri dan pernah mengabdi di dunia pendidikan Amerika.

Salah satu kritik beliau, misalnya soal pilihan diksi media Barat ketika menyebut publik Turki yang menentang kudeta dengan istilah “mob”, “Islamists”, “Erdoğan  Followers”, dan “loyal forces to Erdoğan “. Semua istilah ini menurut penulis merupakan “orientalist and Islamophobic terms” atau istilah-istilah orientalis dan Islamophobia. Dari sini, kita bisa memahami pilihan diksi sejatinya dilatari motif ideologis.

Sepertinya, boleh juga jika diterjemahkan ke Bahasa Indonesia. Agar publik tanah air lebih ngeh akan kelakuan media khususnya Barat ketika memberitakan dunia Islam. Juga tidak mudah terjebak dengan istilah-istilah semisal “radikal” yang lagi ramai belakangan.

[Ankara, 5 November 2019]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *