Keluar dari stasiun kereta bawah tanah, kami jalan kaki ke perpustakaan. Warga Turki memang terbiasa jalan kaki. Dan jalannya cepat. Cuaca pagi itu cerah tapi berangin. Dari trotoar tempat kaki-kaki kami menapak, tampak masjid di lingkup istana kepresidenan Erdoğan. Di area yang sama berdiri The Nation’s Library of the Presidency, tujuan kami. Dalam perjalanan itu, kami ngobrol hingga masuk ke topik tentang politik Turki.
Saya tanya sama kawan, mengapa, di tengah geliat pembangunan, justru suara AKP di Ankara turun, kalah sama oposisi? Kawan saya berargumen karena adanya anggapan pembangunan ini demi kepentingan pribadi. Saya kritisi. Bukankah fasilitas seperti perpustakaan ini dinikmati orang banyak? Dan pejabat yang akan melanjutkan kepemimpinan Turki selepas Erdoğan akan menikmati Istana kepresidenan juga? Lagi, kawan saya mengutarakan perihal anggapan itu semua demi membesarkan partai politik penguasa.
Kami sudah dekat ke pintu gerbang di mana security check-nya cukup ketat. Obrolan kami terhenti di situ. Saya bergumam dalam hati. Apa yang salah dengan parpol membesar? Parpol menguat? Jika pada akhirnya efek yang ditularkan ke rakyat positif, bermanfaat bagi banyak manusia, tanpa melihat afiliasi pemikiran dan politiknya.
Parpol, seperti institusi lain, mengisi pranata sosial kita. Ada kampus dengan Tri Darma-nya. Ada NGO dengan social service dan charity-nya. Ada Majelis Taklim dengan sentuhan rohaninya. Posisi mereka setara dalam kerangka pembangunan bangsa. Semuanya diperlukan. Dan tidak perlu terjebak pada dikotomi politik-nonpolitik yang kontraproduktif. Struktural jalan, kultural pun sama. Kan sama-sama cari pahala guys?
Tentu saja ada trauma dan persepsi di kalangan publik bahwa parpol identik dengan ambisi berkuasa, KKN, dan citra-citra negatif lainnya. Tapi jangan lupa di saat yang sama, kita membaca berita tentang batalnya kenaikan BPJS Kesehatan pasca diperjuangkan oleh orang-orang parpol. Sebagaimana kita membaca berita ada parpol yang menyumbangkan gaji anggota dewan mereka untuk saudara-saudara terdampak gempa. Dan tak berhenti di situ. Trauma healing pun diberikan pada anak-anak yang secara psikologis membutuhkan pendampingan. Atau bagi-bagi masker di jalan saat asap Riau menyesakkan. Gratis dan pemilu sudah kelar.
Jadi kembali ke gumam saya: “Apa yang salah jika parpol membesar?” Semoga, bukan karena rasa tidak nyaman kala “yang bukan kita” berjaya. Maka itu lain cerita.
[Ankara, 15 Maret 2020]
Leave a Reply