Tumbuh di İstanbul

posted in: Turki | 0
ngaji sambil nunggu Isya di salah satu masjid İstanbul

Jelang isya, İstanbul memasuki fase transisi dingin ke semi. Memasuki masjid, saya tertarik dengan empat anak muda yang  sedang melingkar mengelilingi sosok sepuh. Mereka tampak sangat serius mencerna tiap patah kata yang terlontar dari lisan guru ngaji mereka. Suara Ustadz tersebut serak, berat, dan meski saya tidak paham apa yang beliau sampaikan tapi seperti bisa merasakan betapa cinta beliau pada belia-belia di hadapannya.

Aktivitas 5 anak cucu Adam tersebut kian syahdu dengan lampu yang redup serta suasana hening masjid yang terletak di tengah keramaian İstanbul. Ya Rabbana.

Dari style, awalnya saya mengira mereka anak-anak muda Turki yang memilih gaya hidup berbeda dari sebaya mereka yang hilir-mudik di luar sana. Belakangan, saya tahu rupanya mereka adalah orang-orang asal Suriah.

Di akhir majelis ilmu tesebut, anak-anak muda berpenampakan trendy tersebut, bergantian mendekati sang Ustadz. Membungkukkan badan-badan mereka agar bisa menjabat dan mencium tangan. Masya Allah. Itulah bentuk kecintaan dan penghormatan mereka pada guru. Itulah yang diinginkan Allah dari murid kepada gurunya. Di lain pihak, Ustadz tersebut tampak tidak  begitu antusias dengan cara penghormatan anak didiknya. Selepas salam, beliau segera menarik tangannya. Seolah ingin mengatakan, “Sudah, cukup, Nak!”

Konflik di Suriah jelas bukan zona yang nyaman bagi mereka untuk bertumbuh. Di sini, di İstanbul, mereka lebih leluasa membangun kapasitas diri, mencoba bangkit sekali lagi. Turki laksana saudara tua yang dapat diandalkan oleh adik-adiknya atau ibarat tuan rumah yang ramah bagi tamu-tamunya.

***

Sebelumnya, sempat berbincang dengan salah seorang mahasiswa lain. Usianya 30 tahun dan sudah punya dua anak. Sebenarnya  mau pulang ke kampung halamannya di Kashmir, perbatasan Pakistan dan India. Hanya saja karena konflik yang sedang menghangat antara India dan Pakistan, terpaksa ia harus menetap di Turki. Keluarganya mengkhawatirkan keselamatannya.

Saya bisa memahami betapa berat ujiannya. Usia kami sama dan sama-sama punya anak yang masih kecil. Semoga Allah memudahkan. Dan semoga kampung halamannya segera kondusif. Aamiin.

[İstanbul, Maret 2019]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *